Bagaikan Memilih Kucing dalam Karung

Yup, itulah yg akan saya rasakan ketika Pemilu Caleg April 2009 mendatang. Bagaimana saya bisa memilih caleg yg benar? Saya rasa, sekian orang memilih caleg yg diminati karena :

A.      Kenal dgn salah satu caleg (rekan / teman / sodara / ortu / tetangga / dll)

B.      Aktif terlibat dalam salah satu parpol, jadi bisa tau visi-misi setiap caleg yg terdaftar di partai masing2

C.      Money politics….. hmm, maybe?? Masih ada gak sih yg pake suap2an segala??

Nah, masalahnya adalah…. tiga2nya tdk mungkin jadi alasan saya. Saya tdk kenal dgn caleg manapun. Saya juga tdk aktif terlibat dalam parpol manapun. Lalu, apa yg akan menjadi landasan saya dalam memilih nanti? Hhh… jadi mempertanyakan,, apakah sistem pilih caleg scr langsung ini efektif atau tidak utk diterapkan di Indonesia saat ini??

Semalam saya nonton Metro TV yg kebetulan membahas kriteria2 caleg. Jadi, kriteria caleg yg sesuai itu ada tiga : integritas, kompetensi, empati. Integritas bisa diartikan jujur & dapat dipercaya alias amanah. Jelas, kriteria ini penting karena moral sebagian besar anggota dewan saat ini masih sangat patut utk dipertanyakan. Lalu, kompetensi, juga hrs mjd syarat caleg, karena menjadi anggota dewan itu tidak mudah, butuh kompetensi dan pengalaman utk bisa menyelesaikan persoalan2 di negeri ini. Terakhir, empati. Empati bisa diartikan memiliki perasaan senasib dgn rakyat. Nah, klo menurut survey Metro TV itu, 65% pemilih memilih INTEGRITAS sebagai kriteria paling penting yg harus dipenuhi. Kompetensi justru memperoleh polling terendah dari ketiga kriteria tersebut. Kenapa integritas? Kenapa tidak kompetensi? Pasti karena integritas menjadi persoalan utama yg ada di dewan kita saat ini. Banyak anggota DPR yg malah korupsi?? Anggota2 yg bahkan berasal dari partai yg berasaskan Islam? Sangat memalukan. Mungkin memang karena itu, masyarakat memilih integritas sebagai kriteria yg paling utama utk dipenuhi oleh setiap caleg.

Nah, sekarang, mana kita tau si A adalah caleg yg mengutamakan kejujuran di atas segalanya, yg kompeten mjd anggota dewan rakyat, dan yg empati dgn rakyatnya? Bingung ya?? Di sisi lain, MUI sudah mengharamkan utk jadi Golput. Jadi, mau gak mau hrs milih. Kembali ke awal, milih siapa? Menurut saya, sistem pemilu Indonesia saat ini mesti dikaji, dianalisis, dan disurvey ulang. Coba disurvey kpd masyarakat mengenai keefektifan pemilu, lalu rembugkan bersama2 bagaimana baiknya pemilu yg sesuai utk masyarakat Indonesia yg kondisinya seperti saat ini? Atau, jika tetap dgn sistem yg sekarang, pikirkan bagaimana caranya agar setiap caleg tersosialisasikan scr merata kpd setiap rakyat, sehingga rakyat bisa memilih caleg secara obyektif nantinya.